Kamis, 17 November 2016

Antara Marah dan Benci

“Buat apa ngerasa ga suka sama orang, adanya cuma bikin kita sakit hati kan? Mending cuekin aja, terserah orangnya ngomong apa, yang penting kita ga buat salah apa-apa sama orang lain.
Si Om Genit”
Sudah tak asing lagi kan dengan istilah “Om Genit”?? Itu lho panggilan sayang dari Nona Bau Bau untuk si kekasih hati, asyeeekk *romantis euy. Hehe😀. Dan quote diatas adalah salah satu nasehat yang disampaikan oleh Om Genit ke Amel (ya iyalah bukan ke saya) ketika Amel sedang kesal. Bagi yang pengen membaca ulang pesan sayang dari Om Genit, silahkan baca lagi postingan Amel yang berjudul Mencoba Tidak Membenci Orang Lain.
Kalau menurut sahabat, apakah sama antara benci dengan marah?? Setelah saya searching di mbah google, saya mendapatkan bahwa definisi dari benci dan marah itu hampir sama. Semuanya tentang perasaan tidak suka, jengkel dan lain sebagainya. Tapi kalo menurut saya sendiri, benci dan marah itu berbeda. Benci merupakan bagian dari marah, sedangkan marah belum tentu menjadi benci. Karena benci itu waktunya bisa bertahun-tahun, sedangkan marah kadang hanya berlangsung selama beberapa menit saja. Semua setuju kan?? Alhamdulillah *tenkyu tenkyu*😉
benciSaya termasuk orang yang gampang marah / kesal (anggap saja marah dan kesal itu sama), karena saya termasuk orang yang moody. Hidup dengan sifat moody seperti saya kadang sangatlah menganggu, karena saya sendiri tidak bisa meyakinkan diri saya apakah 15 menit kemudian saya masih bisa dengan mood saya yang sedang happy. Tidak butuh ada kejadian besar untuk mengacaukan mood saya, kejadian sepele saja bisa langsung membuat saya kesal mendadak dan mengacaukan mood saya seharian. Ya itulah dukanya menjadi orang dengan tipe moody, bersyukurlah sahabat yang tidak mempunyai nasib yang sama seperti saya.
Tapi meskipun mood saya mudah berubah, saya sering marah, tapi alhamdulillah saya tidak termasuk orang yang mudah membenci orang lain. Ketika saya kelas 5 SD (kalau nggak salah), itu adalah saat pertama kali saya membenci orang lain. Saya membenci dia yang sudah mengacaukan hidup saya, saya membenci dia bertahun-tahun, bahkan hingga akhirnya saya harus menerima dia sebagai bagian dari saya. Setiap saya melihat dia, ada sebuah kemarahan yang selalu meluap di hati saya, benci saya benar-benar luar biasa hebat #lebay. Dan untungnya, selama saya hidup saya hanya mempunyai 2 orang yang saya benci. Tapi semakin berjalannya waktu, semakin saya bisa memahami diri saya sendiri, semakin saya percaya kalau Dia selalu ada di hati saya, saya mulai bisa mengendalikan emosi saya. Saya sudah tidak membenci mereka lagi, saya sudah bisa menatap mereka dengan perasaan yang datar, meskipun saya masih belum bisa memaafkan atas perlakuan mereka ke saya. Sudahlah tak usah dibahas lagi, kalo kata bung Roma sih yang lalu biarlah berlalu.😉
Dulu saya orangnya sangat perasa, mungkin itulah kenapa dulu saya sering marah dengan orang-orang disekitar saya (cuma marah, tidak sampai membenci). Dan setelah saya memutuskan untuk berubah, maka saya pun mulai belajar dari pengalaman-pengalaman saya. Seperti yang Amel sebutkan dalam postingannya, saya pun melakukan hal yang sama supaya saya bisa meminimalisir rasa kesal saya. Saya berusaha untuk tidak memandang hanya dari sisi saya sendiri, tapi berusaha melihatnya dari sisi dia yang sudah membuat saya kesal, saya mencari alasan kenapa dia sampai membuat saya kesal. Dan pada saat itulah saya akan berusaha meyakinkan diri saya bahwa rasa kesal yang sedang saya rasakan tidak boleh berkembang menjadi benci, sambil mengingat lagi hal-hal baik yang pernah orang tersebut berikan ke saya. Langkah terakhir ketika saya sudah berdamai dengan perasaan saya, adalah dengan keluarnya sifat cuek saya. Saya akan berusaha untuk tidak terjadi apa-apa selama beberapa hari kedepan, dan kemudian akan mencoba bersikap normal lagi ke orang tersebut. Alhamdulillah, selama pokok masalahnya ringan, saya selalu berhasil menahan ego saya. Dan itu berarti cukup 2 orang saja yang pernah saya benci selama hidup saya #bangga😀
Tidak ada manusia yang tidak pernah marah, karena marah adalah salah satu sifat yang memang ada di dalam diri manusia. Sebuah fitrah mungkin, asalkan kita bisa mengatur rasa marah kita. Marah untuk kebaikan boleh, marah karena ada sebab pun wajar, yang tidak boleh adalah marah tanpa alasan. Ngapain juga capek-capek kita menyiksa diri kita sendiri hanya untuk sebuah rasa marah yang kita tidak tahu apa sebabnya. Nggak mungkin juga kan ada orang yang bilang, “saya kangen pengen marah”?? Nah jadi sebelum kalian marah, pastikan ada alasan kenapa kalian harus marah. Dan ingat, marah sewajarnya saja, jangan sampai berubah menjadi benci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar